BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
a. Sejarah Crimea
Konflik berdarah di ibukota
Ukraina, Kiev, ternyata tidak usai setelah Presiden Viktor Yanukovych lengser.
Perseteruan kepentingan Barat dan Rusia menjalar hingga ke wilayah Crimea,
tepatnya di kota Sevastopol, pangkalan armada angkatan laut Negeri Beruang
Merah. Selain 60
persen warganya keturunan Rusia, Crimea juga jadi lokasi strategis tempat
ditambatkannya Armada Laut Hitam Rusia. Padahal, sudah 23 tahun Soviet pecah.
Lantas mengapa militer Rusia masih bercokol di Sevastopol? Hal
ini tidak lepas dari sejarah panjang Sevastopol, wilayah Semenanjung Crimea.
Kota pelabuhan di Laut Hitam ini ditemukan oleh
Kaisar Rusia Yekaterina yang Agung di barat daya pesisir Semenanjung Crimea
pada tahun 1783.
Sevastopol saat itu terletak
di kota tua Yunani bernama Chersoneus. Reruntuhan kota ini sampai saat ini
masih dieksplorasi oleh para arkeolog. Kaisar Yekaterina sendiri yang menamai
kota itu Sevastopol, yang berarti "Kota Suci nan Megah". Hal utama
yang menarik perhatian Kaisar Yekaterina adalah pelabuhan laut sedalam 30
meter, cocok untuk pangkalan angkatan laut. Saat perang Crimea, penaklukkan Sevastopol antara September
1854-September 1855 menjadi penentu kemenangan konflik. Butuh sekitar setahun
bagi Prancis, Inggris dan Kekhalifahan Ottoman menguasai kota ini.
Namun cobaan terberat
Sevastopol terjadi pada Perang Dunia II. Tahun 1941-42, pasukan Tentara Merah
dan Armada Laut Hitam mempertahankannya dari pasukan Nazi Jerman dalam
pertempuran 250 hari, siang dan malam. Pasukan Rusia kalah, namun Jerman juga
direpotkan oleh perlawanan dari warga kota. Sejak tahun 1948, Sevastopol mendapatkan
status kota istimewa dari pemerintahan Republik Sosialis Federal Soviet Rusia,
bagian dari Uni Soviet. Tahun 1954, pemimpin Soviet saat itu Nikita Khrushchev
memberikan Sevastopol dan seluruh Crimea kepada Republik Sosialis Soviet
Ukraina, juga bagian dari Uni Soviet. Awal
1990an, Ukraina menjadi negara merdeka. Crimea menjadi bagian dari Ukraina.
Di bawah Traktat Persahabatan, Kerja Sama dan
Kemitraan Moskow-Kiev tahun 1997, Rusia mengakui status kepemilikan Sevastopol
dan kedaulatan Ukraina.
Sebagai balasannya, Ukraina
memberikan Rusia hak untuk terus menggunakan pelabuhan Sevastopol bagi armada
laut mereka sampai tahun 2017. Perjanjian awal izin Armada Laut Hitam di Sevastopol
berlangsung untuk 20 tahun. Perjanjian ini otomatis diperpanjang lima tahun
kecuali salah satu pihak membatalkannya. Perjanjian
kedua, ditandatangani di Kharkiv tahun 2010, memperpanjang penggunaan pelabuhan
Sevastopol untuk armada Rusia hingga 2042. Rusia membayar Ukraina US$98 juta
per tahun untuk menyewa pangkalan laut di Crimea. Selain itu, berdasarkan
perjanjian Kharkiv, Rusia akan memberikan potongan harga gas US$100 per ton.
Rusia terpaksa menggunakan
pelabuhan Sevastopol karena tidak ada pelabuhan di negaranya yang mampu
menampung Armada Laut Hitam. Pelabuhan Rusia di Novorossiysk tidak cukup dalam
dan kurang infrastrukturnya. Armada Laut Hitam Rusia terdiri dari 388 kapal perang
Rusia, termasuk 14 kapal selam diesel. Selain itu, ada 161 jet tempur di
pangkalan udara yang disewa Rusia di Gvardeiskoye (sebelah utara Simferopol)
dan Sevastopol.
Total ada 25.000 personel
militer Rusia di Crimea, belum termasuk staf sipil. Jika dihitung juga keluarga
mereka yang ikut tinggal di komplek militer Crimea, total ada lebih dari
100.000 orang. Pada konflik Ukraina, dilansir dari deutsche welle,
Rusia memobilisasi 150.000 pasukan, 800 tank dan 90 jet tempur dan 80 kapal
perang, untuk bersiap jika diperlukan diturunkan ke Sevastopol. Warga Crimea sendiri khawatir konflik ini akan memecah
belah Crimea menjadi dua kubu, pro-Ukraina dan pro-Rusia. Namun warga keturunan
Rusia yang jumlahnya mayoritas menyatakan akan mendukung Rusia jika terpaksa
memilih.
Ukraina secara harfiah
berarti “tanah perbatasan”. Negara ini memiliki komposisi suku yang unik. Barat
Sungai Dnieper dihuni keturunan Ukraina. Sementara, di timur dan selatan
(termasuk Crimea) banyak ditinggali orang keturunan Rusia, yang masih teguh menjalankan
budaya serta bahasa tanah leluhur. Meski jumlah warga keturunan Ukraina (70%
dari populasi) lebih banyak, keturunan Rusia (17% dari populasi) menganggap
dirinya sebagai warga negara kelas satu. Latar
belakang suku itu tampaknya membuat warga Crimea tidak sepakat dengan
saudara-saudara mereka di Kiev dalam hal penggulingan Yanukovych (presiden
keturunan Rusia dan berasal dari Donetsk) dan intervensi militer Rusia. Meski
de jure adalah daerah otonomi di bawah pemerintahan Ukraina, secara de facto Crimea
“milik” Rusia. Crimea adalah satu satunya daerah di Ukraina dengan penduduk
keturunan Rusia mencapai sekitar 60%. Selain lokasi, banyaknya warga keturunan
Rusia di Crimea disebabkan faktor sejarah. Bahasa yang di gunakan di
crimea kebanyakan warganya menggunakan bahasa Rusia untuk berkomunikasi antar sesama
warga.
b.
Rumusan Masalah
1. Keputusan final dari
parlemen Crimea tentang statusnya bergabung dengan Rusia atau tetap kepada
Ukraina ?
2. Apa tanggapan Indonesia
setelah crimea memilih Rusia dari pada Ukraina ?
3. Sanksi-sanksi apa saja yang
di dapat oleh Rusia atas intervensinya terhadap Ukraina ?
BAB II
PEMBAHASAN
Crimea akhirnya resmi
bergabung ke Rusia setelah wilayah Ukraina tersebut menggelar referendum. Dari
hasil voting referendum, sebagian besar warga Crimea memilih lepas dari Ukraina
dan bergabung ke Rusia.
Bergabungnya Crimea ke Rusia
diresmikan melalui penandatanganan traktat di Moskow oleh Presiden Rusia
Vladimir Putin, Perdana Menteri Crimea Sergei Aksyonov, Ketua Parlemen Crimea
Vladimir Konstantinov, dan Wali Kota Sevastopol, Alexei Chalily. Penandatanganan
dilakukan di Rusia pada Selasa 18 Maret 2014 malam. "Atas
nama rakyat, Crimea akan tetap dan selalu menjadi bagian Rusia," demikian
yang tertulis dalam traktat, seperti dimuat Reuters,
Rabu (19/3/2014). Putin dan pejabat Crimea menandatangani traktat sambil
diiringi lagu kebangsaan Rusia. Dalam
traktat juga disebutkan, warga Crimea dan Sevastopol berhak menggunakan bahasa
mereka. Sehingga warga 2 wilayah yang memisahkan diri itu memiliki 3 bahasa
resmi, yakni Ukraina, Rusia, dan Tatar.
Komite
Jajak Pendapat Crimea menyatakan bahwa hasil awal menunjukan sekitar 95,5 %
suara mendukung untuk bergabung ke dalam wilayah Rusia, pada referendum yang
telah diselenggarakan. Pemimpin Rusia dan Crimea
telah meneken perjanjian aksesi Republik Crimea dan Sevastopol untuk bergabung
ke dalam Federasi Rusia. Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin, Crimea dan
Sevastopol akan bergabung dengan Rusia sebagai dua wilayah yang terpisah.
Perjanjian ini akan berlaku sementara sejak diteken
dan mulai berlaku penuh setelah diratifikasi. Selain itu Rusia menjamin warga
di kedua wilayah berhak menggunakan dan mengembangkan bahasa asli mereka. Di
wilayah itu, akan ada tiga bahasa resmi, yaitu Ukraina, Rusia dan Tatar, yaitu
kelompok etnis di Crimea. Dengan
pengesahan traktat itu, penduduk Crimea dan Sevastopol akan dianggap sebagai
warga Rusia. Transisi status di Crimea dan Sevastopol itu akan berlangsung
hingga 1 Januari 2015. Buat WEB: Selama masa transisi, kedua pihak akan
menyelesaikan masalah-masalah teknis dan administratif.
Di Crimea, mata uang rubel dari Rusia berlaku resmi
selain mata uang setempat, hryvna. Menurut traktat, hryvna masih dianggap
sebagai mata uang utama di Crimea dan Sevastopol hingga 1 Januari 2016. Amerika
Serikat dan Uni Eropa mengecam sikap Rusia. Berbagai sanksi juga telah
diberlakukan agar Rusia menjadi negara yang terisolasi.
Dewan Parlemen Crimea
mengumumkan, rubel (mata uang Rusia) akan menggantikan hyrvnia (mata uang
Ukraina) yang selama ini digunakan warga Crimea. Seperti dikutip dari RT.com, Selasa (18/3/2014), kedua mata uang
tersebut akan beredar dan digunakan secara bersamaan serta dijadikan sebagai
alat pembayaran yang sah di Crimea, hingga hyrvnia ditarik habis dari peredaran
pada 2016..
"Mata uang resmi
Republik Crimea adalah rubel Rusia dan hingga 1 Januari 2016, hryvnia Ukraina
juga masih akan menjadi mata uang resmi warga Crimea," seperti ditulis
dalam situs resmi dewan parlemen Rusia.
Keputusan perubahan mata
uang tersebut menandakan langkah awal Rusia untuk berintegrasi seutuhnya dengan
Crimea setelah penduduk Ukraina yang menetap di sana memilih untuk bergabung
dengan negara pecahan Uni Soviet tersebut.
Lembaga pemerintahan Rusia
itu juga menyerahkan pengelolaan mata uang sementara pada Bank sentral Crimea. "Pengaturan
peredaran rubel dan penarikan mata uang hryvnia dari Crimea akan secara
eksklusif diatur oleh Bank Sentral Crimea," tulis perwakilan parlemen
Rusia dalam situsnya.
Tanpa dikenakan biaya
apapun, Bank Sentral Crimea diperbolehkan melakukan transaksi dengan anggaran
belanja negaranya termasuk manajemen utang secara nasional. Tujuan utama
kinerja Bank Sentral Crimea adalah menyediakan menstabilkan peredaran mata uang
di negaranya. Tak hanya itu, lembaga keuangan terbesar di Crimea itu juga
dituntut untuk mengembangkan dan menguatkan sistem perbankan, serta menyediakan
sistem pembayaran yang efektif.
Sementara itu, Bank Sentral
Rusia (CBR) akan secara aktif membantu mengenalkan rubel pada warga Crimea.
Rencananya, CBR akan menetapkan berbagai isu teknis terkait peredaran rubel di
Crimea dalam waktu sepekan. Selain itu,
pusat-pusat pengambilan dana tunai rubel juga telah dipersiapkan di Crimea.
Pusat-pusat keuangan yang disediakan pemerintah Rusia akan menyediakan dana
bantuan, jaminan pensiun dan sejumlah kebutuhan lainnya dalam bentuk rubel dan
akibat lepasnya crimea dari ukraina membuat dampak yang buruk bagi rusia dengan
di berikannya sanksi-sanksi terhadap Rusia oleh Negara-negara di dunia.
Sikap Negara Indonesia Terhadap Konflik di Crimea
Seperti halnya Negara
Indonesia melaui Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menyatakan pemerintah
Indonesia tidak mengakui referendum pemisahan diri Crimea dari Ukraina.
Pemerintah menilai referendum tersebut tak memiliki dasar hukum sehingga
penduduk Crimea dapat bergabung dengan Federasi Rusia. "Crimea
dan Ukraina itu kan secara sepihak, unilateral, satu kelompok manusia. Itu
tidak bisa kita terima," kata Marty di kantor Presiden, Rabu, 19 Maret
2014.
Sikap pemerintah ini telah
secara resmi diinstruksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam rapat
kabinet terbatas hari ini. Posisi Indonesia secara prinsipil mengedepankan
kedaulatan negara yang menjunjung tinggi integritas suatu wilayah negara. "Kita
tidak bisa menerima langkah apa pun juga yang melanggar kedaulatan dan keutuhan
wilayah dari Ukraina." Indonesia
juga mengedepankan prinsip penghormatan, demokrasi, dan kepatuhan terhadap konstitusi
sebuah negara. Indonesia mengecam perubahan pemerintahan yang terpilih sah
secara demokrasi tapi digulingkan dengan tindakan inkonstitusional.
Hal ini mengacu pada gejolak
Ukraina yang menggulingkan Presiden Viktor Yanukovych melalui protes dan demonstrasi.
Kedua prinsip ini, menurut Marty, juga dipegang Indonesia saat terjadi
perpecahan Kosovo dari Serbia. Marty menyatakan Indonesia lebih mendukung kemerdekaan
suatu daerah jika didasarkan pada kesepakatan dengan negara sebelumnya. Sikap
ini terwujud saat Indonesia mendukung kemerdekaan Sudan Selatan dari Sudan dan
Montenegro dari Serbia Montenegro. "Kita dukung karena berdasarkan
kesepakatan," kata Marty.
Sanksi-sanksi Amerika
Serikat dan Uni Eropa bagi Rusia
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama mengumumkan serangkaian sanksi ekonomi
untuk Rusia atas sikap Rusia terkait Krimea "Sanksi ini tidak hanya
berdampak besar pada ekonomi Rusia, tetapi juga dapat mengganggu ekonomi dunia.
Akan tetapi, Rusia harus tahu bahwa tindakan lebih lanjut terkait Krimea hanya
akan semakin mengisolasi Rusia dari masyarakat internasional," jelas
Obama.
Sanksi yang dijatuhkan oleh Washington mencakup pembekuan aset Amerika
Serikat dan pelarangan sejumlah pejabat tinggi Rusia, kepala perusahaan negara
serta beberapa pengusaha yang dekat dengan Kremlin untuk masuk ke Amerika
Serikat. Satu-satunya organisasi masuk ke dalam daftar sanksi tersebut adalah
Bank Rossiya. Uni Eropa turut menggunakan sanksi yang serupa. Selain itu, ada
pula sanksi-sanksi lain yang harus ditanggung Rusia yakni dikeluarkannya Moskow dari
kelompok G8,
penundaan pembicaraan perdagangan dan investasi antara Rusia dengan Amerika
Serikat, serta penundaan kerjasama visa dan peralatan militer antara Rusia dan
Uni Eropa.
Ranah bisnis internasional berpandangan bahwa konflik Ukraina berisiko
besar bagi segala operasi yang berhubungan dengan Rusia. Reaksi pasar keuangan
dunia juga cukup menyulitkan bagi Rusia. Agensi Moody's dan S&P sudah
menurunkan nilai kredit Rusia dalam ramalan mereka. Seandainya nilai itu
benar-benar diturunkan, harga untuk meminta pinjaman dari pasar luar akan
meningkat, pertama-tama bagi negara; kemudian bagi institusi keuangan utamanya
seperti Sberbank, VTB dan VEB; dan kemudian bagi semua perusahaan yang meminjam
uang di Barat.
Menurut Bank Sentral Rusia, pada awal 2014 bank-bank Rusia sudah
memiliki hampir 215 miliar dolar AS utang luar negeri, sedangkan
perusahaan-perusahaan Rusia telah memiliki utang sebanyak 438 miliar dolar AS. Dalam
dua tahun ke depan saja, bank harus membayar hampir 88 miliar dolar AS untuk
utang luar negeri mereka, sementara para perusahaan harus melunasi sekitar 182
miliar dolar AS. Saat ini, pemerintah Rusia tengah mengumpulkan cadangan untuk
berjaga-jaga seandainya mereka harus membeli utang-utang strategis perusahaan
Rusia kepada asing seperti tindakan yang sama yang dilakukan selama krisis
2008-2009.
Sebagai akibat dari terus memanasnya ketegangan dengan Barat, perusahaan
Rusia pun tidak bisa mengakses pusat-pusat keuangan global. Selama
bertahun-tahun, kebanyakan perusahaan Rusia melakukan IPO di London Stock
Exchange, di mana ada 53 perusahaan Rusia yang terdaftar pada Pasar Utama bursa
tersebut dengan kapitalisasi total hampir $500 miliar.
Selain itu,
perusahaan Rusia juga terdaftar dalam NYSE dan NASDAQ di Amerika Serikat.
Setelah ini, akan ada banyak IPO yang dibatalkan atau ditunda hingga waktu yang
tidak ditentukan. Konsekuensi negatif lainnya adalah pelarian modal yang dapat
mencapai hingga 50 miliar dolar AS per kuartal.
Konsekuensi
yang tak kalah serius bisa jadi akan muncul dari keinginan Uni Eropa untuk
mengurangi ketergantungan mereka kepada minyak dan gas Rusia. Hal ini akan
membuat mereka dapat bertindak lebih keras terhadap Moskow. Namun demikian,
dengan ketergantungannya pada energi Rusia saat ini, jelas bahwa Eropa tidak
akan mampu untuk berhenti membeli minyak dan gas Rusia dalam sekejap. Ancaman
utamanya adalah kemungkinan liberalisasi ekspor LNG dari Amerika Serikat.
Saatnya
Berpaling ke Timur
Sementara itu, Moskow tampak sudah memiliki rencana untuk mengatasi
kerugiannya. Dalam menanggapi sanksi dari Barat, Rusia harus mengembangkan
ikatan perdagangan dan ekonomi dengan Timur. Asia dapat benar-benar menjadi
pengganti yang tepat untuk pasar Eropa bagi Rusia. Hal tersebut diungkapkan
oleh Sergio Men, Manajer Kerja Sama Eurasia Capital Partners, perusahaan
investasi yang berbasis di Hong Kong. Ia menjelaskan bahwa negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara adalah pasar
yang bertumbuh paling pesat untuk ekspor utama Rusia yakni minyak dan gas,
logam, produk kimia, serta makanan.
Cina sejak tahun 2009 telah menjadi mitra dagang terbesar Rusia dengan
besaran 89 miliar dolar AS pada 2013. Lebih lanjut lagi, Beijing siap membantu
Rusia. Meski tanggapan politis Cina terhadap peristiwa di Krimea sejauh ini
terbatas, secara ekonomi mereka siap untuk memberikan bantuan aktif kepada
Moskow dalam menghadapi kemungkinan sanksi.
Kemungkinan lain
ialah Rusia dapat memperkuat kerja sama dengan mitra alternatif yakni Korea
Selatan dan Jepang yang sangat khawatir oleh terus bertumbuhnya Cina. “Setelah
kabinet perdana menteri Jepang yang baru, Shinzo Abe, berkuasa, Tokyo sangat
berharap dapat bekerjasama dengan Rusia.
Tujuannya tidak hanya untuk mengembangkan bisnis perusahaan Jepang di
Timur Jauh Rusia tetapi juga membantu Rusia untuk tidak menjadi sumber bahan
mentah bagi Cina,” kata ahli yang juga penasihat pemerintah Jepang. Untuk
meningkatkan hubungan dengan Rusia dan secara pribadi dengan Vladimir Putin,
Abe menjadi satu-satunya pemimpin G7 yang menghadiri Olimpiade Sochi. Namun
demikian, saat ini Tokyo mulai mengalami tekanan yang semakin berat.
Amerika
Serikat harus mengambil pilihan geopolitik yang berat yakni terus menekan Tokyo
dan Seoul untuk meningkatkan isolasi Moskow atau membiarkan mitra-mitra Asianya
hanya memberikan sanksi yang murni simbolik agar Moskow tidak lepas ke pelukan
Cina, setelah mereka tidak memberikan pilihan lain bagi Rusia.
Rusia Menolak Sanksi Amerika soal Crimea
Rusia tak bisa menerima sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat dan negara-negara
Barat sehubungan dengan bergabungnya Crimea dalam wilayah kesatuannya.
Penolakan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, kepada
rekannya dari AS, John Kerry. Menurut Sergei, sanksi Barat terkait dengan
bergabungnya Crimea ke Rusia sesuai dengan keinginan rakyat. "Sanksi yang
dijatuhkan tidak bisa diterima dan menimbulkan konsekuensi," ujarnya di
Moskow.
Dua diplomat senior itu
berbicara melalui telepon beberapa jam setelah Presiden Vladimir Putin
menandatangani perjanjian di Kremlin, yang berisi tentang Crimea Ukraina
sebagai bagian dari wilayah Rusia. Keputusan inilah yang kemudian diprotes oleh
Kiev dan Barat.
Pada kesempatan itu, Putin
mengatakan bahwa Rusia tidak berniat menguasai bagian lain wilayah Ukraina.
Namun demikian, pernyataan Putin mendapat komentar keras dari Kerry. Seperti
ditulis kantor berita Reuters,
Kerry mengungkapkan bahwa setiap serangan ke bagian lain dari Ukraina akan
menjadi "langkah mengerikan" dan tantangan besar bagi Barat. "Warga
Republik (Crimea) telah menyatakan pilihannya secara demokratis sesuai dengan
hukum internasional dan Pakta PBB yang bisa diterima dan mendapat tanggapan
dari Rusia," kata Menteri Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan. Dia
berkata, "Adapun sanksi yang diterapkan AS dan Uni Eropa tidak bisa
diterima."
Pada Senin, 17 Maret 2014, AS
dan Uni Eropa menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah pejabat Rusia dan Ukraina yang dianggap terlibat dalam penguasaan wilayah di Laut Hitam
yang dihuni dua juta warga Rusia oleh Moskow.
Amerika Serikat menambah sanksi baru bagi Rusia
Presiden Amerika Barack
Obama telah memerintahkan dijatuhkannya serangkaian sanksi baru terhadap Rusia,
menarget 20 pejabat Rusia termasuk kepala staf Presiden Vladimir Putin. Rusia
segera membalasnya dengan melarang masuk sembilan anggota Kongres dan pejabat
Amerika.
Presiden Obama
menandatangani keputusan hari Kamis (20/3) yang memperluas sanksi-sanksi yang
telah dijatuhkan awal pekan ini, sehingga mencakup 20 orang dan sebuah bank –
ke-17 terbesar di Rusia – yang memberikan dukungan bagi pemerintahan presiden
putin. Tindakan itu
diambil menyusul langkah Rusia yang menganeksasi Krimea, setelah referendum
disana pekan ini yang dengan suara mayoritas memutuskan untuk berpisah dari
Ukraina.
Referendum itu, yang dikecam
secara luas dan disebut ilegal di ibukota-ibukota negara Barat, dilakukan
menyusul langkah militer Rusia yang memasuki Krimea lebih dari dua pekan lalu,
dan pengambilalihan instalasi-instalasi militer Ukraina. Presiden
Obama mengatakan dia memerintahkan sanksi-sanksi tambahan hari Kamis sebagai
tanggapan atas apa yang telah dilakukan Rusia di Krimea. “Ini semua adalah pilihan yang telah diambil Rusia,
yang telah ditolak oleh masyarakat internasional,” kata Obama. Rusia segera membalasnya dengan melarang masuk para
pemimpin Senat dan DPR Amerika, dua asisten senior Presiden dan lima anggota
Kongres dan pejabat lainnya. Di Ukraina,
pemerintah menuduh Rusia menempatkan pasukan di sepanjang perbatasannya,
menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan langkah Rusia selanjutnya.
Obama mengatakan Amerika
dapat menerapkan sanksi yang lebih berat jika Rusia mengambil wilayah lain
selain Krimea. Ia menegaskan, “Dunia menyaksikan dengan prihatin
sementara Rusia telah memposisikan militernya dengan cara yang bisa memicu
invasi ke Ukraina selatan dan timur. Karena alasan ini, kami bekerjasama erat
dengan mitra-mitra Eropa untuk merumuskan sanksi yang lebih berat jika Rusia
terus memperkeruh situasi.”
Para pejabat Amerika
mengatakan jika Rusia melangkah lebih jauh, Amerika akan memberikan sanksi
kepada lebih banyak orang dan para pihak yang beroperasi dalam berbagai sektor
ekonomi Rusia, termasuk layanan keuangan, energi, pertambangan, pertahanan dan
teknik.
Presiden mengatakan dia bekerjasama dengan mitra-mitra Eropa untuk menyediakan bantuan ekonomi kepada Ukraina. Topik itu akan mendominasi agendanya sewaktu melawat ke Eropa pekan depan. Obama telah mendapat kecaman dari para penentang di dalam negeri yang mengatakan bahwa penerapan sanksi kepada sejumlah kecil orang adalah respon yang ragu-ragu terhadap Rusia. Amerika tidak menghendaki perang terbuka antara Rusia dan Ukraina, dan para pejabat Amerika hari Kamis mengatakan belum mempertimbangkan bantuan militer bagi Ukraina, terlepas dari berbagai laporan bahwa pemerintah Kyiv telah meminta bantuan semacam itu.
Presiden mengatakan dia bekerjasama dengan mitra-mitra Eropa untuk menyediakan bantuan ekonomi kepada Ukraina. Topik itu akan mendominasi agendanya sewaktu melawat ke Eropa pekan depan. Obama telah mendapat kecaman dari para penentang di dalam negeri yang mengatakan bahwa penerapan sanksi kepada sejumlah kecil orang adalah respon yang ragu-ragu terhadap Rusia. Amerika tidak menghendaki perang terbuka antara Rusia dan Ukraina, dan para pejabat Amerika hari Kamis mengatakan belum mempertimbangkan bantuan militer bagi Ukraina, terlepas dari berbagai laporan bahwa pemerintah Kyiv telah meminta bantuan semacam itu.
Para pejabat Amerika
mengatakan mereka berharap tekanan diplomatik terhadap Rusia dan bantuan
ekonomi terhadap pemerintahan baru Ukraina pada akhirnya akan meredam krisis
itu. Ketua DPR,
John Boehner, adalah salah seorang yang kini dilarang masuk ke Rusia. Dia
mengeluarkan pernyataan yang mengatakan “bangga” menjadi bagian dari
orang-orang yang “menentang agresi Putin.” Pasukan
Rusia secara efektif menguasai Krimea dua pekan lalu setelah tergulingnya
presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych, setelah terjadi protes anti
pemerintas dan kekerasan sporadis terhadap demonstran selama berbulan-bulan.
Sanksi Terhadap Rusia Mulai Tunjukkan Dampak
Sanksi Amerika Serikat dan Eropa terhadap Rusia mulai
menunjukkan dampaknya. Dua lembaga pemeringkat internasional menurunkan rating
Rusia, miliarder Rusia jual saham. Ketegangan yang meningkat antara barat dan
Rusia bisa memperburuk prospek ekonomi. Dua lembaga pemeringkat, Standard &
Poor's dan Fitch, kini menurunkan rating Rusia dengan alasan, situasi ekonomi
negara itu memburuk. Standard & Poor's menyebutkan, sanksi terhadap
Rusia meningkatkan
"resiko geopolitis". Investasi bisa turun dan para investor asing
kemungkinan akan menarik modalnya dari Rusia. Bursa saham di Rusia pada sesi
pembukaan menunjukkan penurunan sampai tiga persen.
Amerika Serikat dan Uni Eropa hari Kamis (20/03/13)
memperketat sanksi terhadap Rusia setelah pendudukan Krimea. Daftar pejabat tinggi Rusia yang
dilarang masuk Uni Eropa bertambah menjadi 33 orang. Rekening bank mereka di
Uni Eropa juga akan dibekukan.
Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama juga mengumumkan perluasan sanksi
terhadap Rusia. Selain mengeluarkan larangan visa kepada para pejabat dan
pengusaha Rusia, Amerika juga menerapkan sanksi kepada Bank Rossiya, salah satu
bank besar yang disebut-sebut dengan dengan Presiden Putin.
Mulai menunjukkan dampak
Salah satu perusahaan minyak Rusia yang berkedudukan di Wina, Austria,
mulai jadi sorotan setelah sanksi terhadap Rusia diperluas. Perusahaan minyak
Gunvor didirikan oleh milyarder Rusia Gennady Timchenko, orang dekat Vladimir
Putin. Menurut
laporan media, Timchenko minggu ini menjual 43 persen sahamnya di Gunvor kepada
mitra bisnisnya, pengusaha Swedia Torbjorn Tornqvist. Kini Tornqvist menguasai
87 persen saham Gunvor. Hal itu dilakukan Timchenko untuk menghindari pembekuan
rekening Gunvor di Amerika Serikat.
Menurut majalah Forbes, Gennady Timchenko, yang punya paspor Finlandia
dan Rusia, adalah orang terkaya ke enam di Rusia, dengan aset lebih dari 15
miliar dolar. Harga saham perusahaan Timchenko yang lain, Novatek, turun sampai
12 persen di bursa saham Rusia. Kementerian Keuangan Amerika Serikat
menyebutkan, Presiden Rusia juga punya investasi di Gunvor. Dengan investasi
itu, Putin "bisa punya akses pada dana Gunvor", demikian ditulis di
situs internet kementerian keuangan. Nama Gennadi Timchenko sekarang masuk
dalam daftar hitam Kementerian keuangan. Orang-orang yang masuk dalam daftar
itu akan dibekukan rekening banknya, dan warga Amerika dilarang melakukan
transaksi bisnis dengan mereka.
Putin minta pengusaha Rusia kembali
Beberapa perusahaan Rusia terdaftar di luar negeri untuk mengejar pajak
yang lebih rendah dan mengambil jarak dari pemerintahan di Kremlin. Presiden
Vladimir Putin mengimbau pada para pengusaha Rusia agar kembali ke negaranya
dan melakukan investasi di dalam negeri.
"Perusahaan
Rusia seharusnya didaftar di bawah otoritas bangsa ini, di negara ini, dan
memiliki struktur kepemilikan yang transparan", kata Putin.
Ketua Parlemen Rusia Sergei Naryshkin memprotes sanksi terhadap
negaranya dan menuduh barat ikut campur dalam "masalah dalam negeri"
di Ukraina. Campur tangan barat di Ukraina telah menyebabkan kekacauan, kata
Naryshkin di hadapan parlemen Rusia dan menambahkan, Uni Eropa dan Amerika
Serikat sudah mengguncang "keseimbangan strategis dunia."
BAB III
KESIMPULAN
Sejak konflik di ukraina tepatnya di wilayah crimea telah menjadikan
topic pembicaraan dunia mengenai apakah crimea akan lepas dari Ukraina atau
bergabung dengan Rusia. Namun hasil keputusan dari semua keinginan warga
crimea, ingin agar crimea lepas dari ukraina dan bergabung dengan Rusia. Hal
ini menjadikan konflik antara Ukraina dengan Rusia yang di anggap oleh dunia
bahwa Rusia sudah melakukan pelanggaran terhadap kedaulatan sebuah Negara dan
lepasnya crimea dari ukraina pun bukan atas persetujuan kedua belak pihak
(Ukraina-Rusia). Indonesia sebagai salah satu Negara anggota PBB tidak mengakui
crimea lepas dari ukraina dan bergabung dengan rusia melalui Menteri Luar
Negerinya karena ini adalah pencaplokan yang di lakukan oleh Rusia terhadap
Ukraina.
Negara Super Power Amerika Serikat dan Uni Eropa pun memberikan sanksi
pula terhadap Rusia diantaranya dengan Rusia di keluarkan dari G-8 dan dampak
dari sanksi-sanksi yang di berikan oleh Negara-negara di dunia membuat para
pengusaha rusia menjual saham mereka dan lari dari rusia tidak bisa menyentuh pasar
eropa maupun amerika.
DAFTAR PUSTAKA
www.tempo.co/read/.../Rusia-Menolak-Sanksi-Amerika-Soal-Crimea
Tidak ada komentar:
Posting Komentar